Hukuman Mati di KUHP Baru: Banyak Yang Belum Jelas, Nih!
Hukuman mati itu sanksi pidana yang paling berat dan bikin ribut di hukum Indonesia. Hukuman mati itu diberlakuin buat kejahatan-kejahatan yang bikin masyarakat kesel banget, kayak terorisme, narkotika, pembunuhan berencana, dan pengkhianatan. Tapi, hukuman mati juga banyak yang nggak setuju, kayak aktivis hak asasi manusia, keluarga terpidana, dan negara-negara lain.
Salah satu yang bikin nggak setuju itu karena aturan hukuman mati di Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sekarang masih berlaku itu nggak jelas dan nggak cocok lagi sama hukum dan budaya Indonesia sekarang. KUHP yang sekarang itu kan warisan dari jaman Belanda dulu, yang udah ketinggalan zaman banget. Makanya, pemerintah dan DPR udah bikin dan setujui KUHP baru pada tahun 2023, yang bakal mulai berlaku pada tahun 2026.
KUHP baru ini katanya lebih reformatif, progresif, dan responsif sama kondisi di Indonesia sekarang. Salah satu yang diubah itu tentang aturan hukuman mati. Di KUHP baru ini, hukuman mati nggak lagi jadi pidana utama, tapi jadi pidana khusus yang selalu bisa diganti sama pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 tahun. Terus, hukuman mati juga dikasih masa percobaan 10 tahun, yang bisa diganti sama pidana lain kalo terpidana keliatan baik-baik aja.
Tapi, apakah aturan hukuman mati di KUHP baru ini udah oke dan jelas? Apakah aturan ini bisa ngejawab masalah-masalah yang ada di hukuman mati sekarang? Apakah aturan ini oke sama hak asasi manusia dan keadilan?
Ini dia beberapa hal yang bikin bingung tentang aturan hukuman mati di KUHP baru yang perlu diteliti lagi:
- Kejahatan apa aja sih yang bisa kena hukuman mati? Di KUHP baru ini, nggak ada daftar pasti tentang kejahatan yang bisa kena hukuman mati. Cuma disebutin bahwa hukuman mati bisa diancamin buat kejahatan tertentu yang ditetapin sama undang-undang. Ini bikin tanya dong, undang-undang apa aja sih yang bisa nentuin hukuman mati? Apakah cuma undang-undang khusus yang ngatur kejahatan tertentu, kayak UU Terorisme atau UU Narkotika? Atau apakah juga termasuk undang-undang umum yang ngatur kejahatan umum, kayak UU Pidana? Kalo gitu, gimana sama asas legalitas dan kepastian hukum?
- Gimana sih cara eksekusi hukuman mati? Di KUHP baru ini, disebutin bahwa eksekusi hukuman mati dilakuin dengan tembak peluru sama regu tembak atau cara lain yang ditetapin sama undang-undang. Ini bikin tanya juga dong, undang-undang apa sih yang bakal ngatur cara lain itu? Apakah ada kriteria atau standar buat nentuin cara lain itu? Apakah cara lain itu harus oke sama syarat-syarat tertentu, kayak kemanusiaan, efektivitas, atau transparansi?
- Apa sih hak grasi terpidana mati? Di KUHP baru ini, disebutin bahwa terpidana mati bisa minta grasi ke Presiden abis putusan pengadilan udah tetap. Ini bikin tanya lagi deh, gimana sama hak peninjauan kembali (PK) terpidana mati? Apakah terpidana mati harus milih antara minta grasi atau PK? Apakah terpidana mati bisa minta PK abis grasi ditolak? Apakah ada batas waktu atau syarat khusus buat minta grasi atau PK?
- Apa sih masa percobaan hukuman mati? Di KUHP baru ini, disebutin bahwa hukuman mati dikasih masa percobaan 10 tahun, yang bisa diganti sama pidana lain kalo terpidana keliatan baik-baik aja. Ini bikin tanya juga nih, gimana sih cara ngeliat baik-baik aja terpidana mati? Apakah ada kriteria atau indikator yang objektif dan transparan? Siapa sih yang punya wewenang buat ngeliat dan ngubah hukuman mati jadi pidana lain? Apakah ada mekanisme pengawasan atau banding atas keputusan itu?
Dari hal-hal di atas, kita bisa liat bahwa aturan hukuman mati di KUHP baru ini masih banyak yang nggak jelas dan nggak oke yang perlu diperbaiki dan disempurnain. Aturan hukuman mati harus dibikin lebih jelas, adil, dan oke sama hak asasi manusia dan keadilan. Aturan hukuman mati juga harus mikirin aspek-aspek sosial, budaya, dan psikologis yang berhubungan sama pelaksanaan hukuman mati.